Blog ini berisi pendapat pribadi tentang berbagai peristiwa di sekitar penulis, baik yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Semoga bermanfaat...

Selasa, 08 Juli 2008

Surat Terbuka untuk Para Khotib Jumat

Seperti biasa, kebanyakan isi khutbah khotib Jumat tidak menarik. Demikian pula hari itu (Jumat 18/04/08). Sang khotib yang berumur sekitar 60-an tahun, menyampaikan khutbahnya dengan sangat monoton. Dia membaca beberapa lembar bahan khutbah, yang saya tebak hasil tulisannya semalaman. Mungkin dia tidak tidur menyusunnya. Tapi tak mengapa tidak tidur, toh sebagai khotib dia bakal mendapatkan honor. Uang transpor, begitu istilahnya. Uang hasil kotak amal!

Sebagian besar jemaah, tertidur. Hanya satu dua baris depan yang masih melek, dan pura-pura menyimak. Tapi raut muka mereka menampakkan ketidaktertarikan. Bukan hanya monoton, sang khotib juga cukup panjang menyampaikan nasihatnya. Sekitar 30 menit! Padahal, Rasulullah memberikan contoh untuk mempersingkat khutbah!  Utusan Allah tersebut tahu betul, bahwa umatnya tidak akan tahan berlama-lama mendengarkan khutbah, di sela-sela aktivitas bekerja. Bete, begitu kata anak muda sekarang.

Pernah suatu kali, di mesjid yang sama, seorang khotib yang khutbah terlalu lama dihentikan oleh seorang jemaah. Bukan, bukan dengan cara memintanya segera berhenti. Bukan pula dengan interupsi ala anggota DPR. Melainkan dengan sebuah celetukan yang teramat keras di kupingku yang sedang tertidur saat itu. Jemaah itu berteriak, ”Amiiiiin” dengan lantangnya. Kupikir, aku sudah tertinggal bacaan alfatihah sang imam. Kata amiiin yang ampuh, karena tidak lama kemudian khotib mengakhiri khutbahnya.

Sodara-sodaraku khotib Jumat yang diberkahi Allah!
Mohon Anda belajar lebih giat lagi. Belajar dasar hukum khutbah Jumat, belajar komunikasi massa, belajar psikologi massa, belajar public speaking. Dan belajar-belajar yang lainnya. ’Hari gini’ kata anak gaul, khotib Jumat masih saja berkutat dengan ke’bodoh’annya. Bukan saya yang bilang, tapi seorang ulama besar (Syeh Zainuddin murid Ibnu Hajar Chaetamy) penulis karya fiqh klasik Fathul Muin. Dalam kitab tersebut, jelas-jelas tertulis, ”Hanya khotib yang bodoh yang memanjangkan khutbahnya.” Sesuai bukan dengan teladan Rasulullah?

Saya jadi teringat anekdot sufi tentang sopir bis alim tapi sering ugal-ugalan dan seorang alim ulama khotib Jumat yang panjang khutbahnya. Kira-kira, siapa diantara dua orang alim ini yang lebih dulu masuk syurga? Secara logika, pastilah ulama khotib bukan? Ternyata tidak. Sopir yang ugal-ugalan itulah jawabannya. Kenapa? Karena, setiap kali dia mengemudikan bisnya, seluruh penumpangnya melek dan mengingat Allah. Mereka takut terjadi kecelakaan akibat ugal-ugalannya sang sopir. Sedangkan khotib tadi justru sebaliknya. Karena khutbahnya sering lama, membuat sebagian besar jemaahnya tertidur dan otomatis melupakan Allah.

Lalu kenapa masih banyak khotib yang memaksakan diri berpanjang-panjang dalam khutbahnya? Biar terlihat dan terdengar keren?


Sodara-sodaraku khotib Jumat yang dimulyakan Allah Swt.
Belajar juga teori komunikasi melalui mata dan telinga. Mata punya karakter, kuat dalam mengingat sesuatu, sebaliknya telinga tidak demikian. Kuping sangat cepat lupa, sehingga muncul frase ”Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.” Belum pernah ada ungkapan ”Masuk mata kanan keluar mata kiri” Telinga juga punya sifat cepat bosan. Sedangkan mata sebaliknya, cukup tahan lama dalam melihat sesuatu. Itulah sebabnya, para praktisi radio (yang melulu melayani telinga) mensiasati siarannya berdasarkan karakter telinga tersebut.

1. Waktu paling lama satu penyiar bicara adalah 10 menit. Setiap 10 menit harus berubah suara, bisa berganti iklan, lagu atau suara lainnya. (Saya pikir inilah kenapa ada dua khutbah dalam Sholat Jumat. Diselingi dengan jeda sejenak bukan? Nyatalah, Allah dan Rasulnya sudah lebih dulu tahu.)
2. Memanjakan telinga dengan suara yang menarik, bervariasi dan tidak monoton. (Siapa mau mendengarkan khotib yang berkhutbah dengan cara berteriak-teriak???)

Kalau praktisi radio tidak menggunakan siasat tersebut, maka pendengar akan berpindah ke frekuensi lain, dengan sangat mudahnya.

Nah, buat Anda para khotib Jumat, biar jemaah Anda tidak berpindah ke frekuensi lain (tertidur) saat Anda khotbah, pelajarilah ilmu-ilmu tersebut. Niscaya, khutbah Anda tidak akan sia-sia, dan Anda akan masuk syurga lebih cepat dibanding sopir bis yang ugal-ugalan.

Amin!

Tidak ada komentar: