Blog ini berisi pendapat pribadi tentang berbagai peristiwa di sekitar penulis, baik yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Semoga bermanfaat...

Selasa, 08 Juli 2008

Listrik Oh Listrik

Hari itu (25/6/08)… saya luar biasa suntuk. Kesel, mangkel, pegel… semua campur aduk menjadi satu. Satu hal yang menyebabkan itu semuanya. “Listrik mati” dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Dan matinya listrik ini, datang begitu saja tanpa pemberitahuan. Mungkin PLN menganggap semua pelanggan sudah dianggap tahu, karena media massa sudah memberitakan bahwa Jawa dan Bali akan mendapatkan pemadaman bergiliran. (Meski operator di call center PLN 123 menolak pemadaman itu sebagai disebut giliran, melainkan hanya pemeliharaan – sakarepmulah!)

Alasan resminya jelas. Negeri kaya raya sumber daya alam ini, mengalami krisis listrik. “Pasokan batu bara tersendat…” demikian alasannya beberapa bulan lalu.
“Persediaan BBM menipis…” itu alasan berikutnya.
“Banyak pembangkit mengalami kerusakan…” alasan lainnya.
Entah apalagi alasan selanjutnya yang bakal dijejalkan petinggi PLN kepada masyarakat.

Seperti saya ungkapkan di atas, akibat matinya listrik ini, saya menjadi suntuk luar biasa. Saya bekerja di rumah mengandalkan satu unit komputer. Hidup mati saya tergantung komputer ini, yang menghasilkan belasan suku kata setiap bulannya. Komputer butuh listrik. Kalau listrik tidak ada, maka komputer saya seperti seonggok sampah tak berguna. Kadang saya melamun, “Kok teknologi makin tinggi malah makin bikin sengsara?” Dulu nenek moyang kita tidak butuh listrik untuk menulis. Cukup selembar kertas dan pena. Atau sebuah mesin ketik manual tanpa energi buatan. Mereka toh mampu menghasilkan karya-karya hebat.

Lha, sekarang saya tersiksa akibat komputer tanpa listrik!

Saya rugi moril dan materil. Belum lagi tambahan biaya pulsa, karena tiba-tiba saya harus bertelepon dan sms lebih banyak dari biasanya untuk mengisi waktu. Masih harus ditambah ongkos sewa rental komputer yang jaraknya cukup jauh (ongkos BBM juga) karena wilayah yang terkena giliran pemadaman cukup luas. Saya harus tetap menulis, karena inilah pekerjaan saya. Wajar jika para pengusaha garmen dan industri lain protes kepada PLN, karena mereka rugi Rp miliaran akibat pemadaman listrik ini. PLN menjawab, “Mohon maklum kami juga selalu merugi!”


Padahal satu hari sebelumnya, saya baru mendengar informasi dari radio bisnis PAS FM. “Peusahaan listrik di India Tata… meraih keuntungan tahun ini… meningkat dibanding tahun lalu.” Demikian penyiar PAS menyampaikan informasinya.
Aneh saya pikir!
Kok bisa perusahaan listrik India itu untung?
Pasti bohong!
Atau PAS FM yang salah kutip berita.

Lihat PLN! Tidak ada ceritanya mereka mendapatkan untung. Padahal PLN monopoli. Sedangkan perusahaan listrik India Tata, tidak monopoli. Masih ada perusahaan lain yang memasok energi di negeri tersebut. Pasti berita itu keliru!

Sejak dulu PLN selalu rugi bukan?
Sampai sekarang pun mereka masih rugi!
Tahun lalu saja mereka minta subsidi Rp belasan triliun.

Makanya, listrik di rumah saya hari ini mati selama 10 jam dan bergiliran di daerah lainnya. Tidak mungkin bisnis listrik menguntungkan. Kalau menguntungkan, pasti operator di call center PLN 123 tidak perlu memberi nasihat di akhir percakapan:

“Pak nanti kalau listriknya sudah menyala, mohon untuk menghemat. Pukul 17 sampai 22, paling tidak mematikan dua buah lampu. Terima kasih sudah menghubungi PLN…”

Mana ada perusahaan menguntungkan seperti Tata di India, meminta pelanggannya untuk berhemat. Betulkan PLN???

Tidak ada komentar: