Kamis malam lalu (17/04/08) tanpa sengaja saya mendengarkan siaran di radio Kis FM. Kebetulan penyiarnya saya kenal, Uncle JC, seorang Amerika yang pintar berbusa-busa di depan mikrofon, tentu dalam bahasa Inggris. Kualitas suaranya memang OK banget. Enak didengar dan perlu – begitu mungkin istilah yang tepat meminjam tagline majalah Tempo.
Tema malam itu, si Uncle ini membahas gedung terburuk di Jakarta dan tempat paling tidak aman. Seorang pendengar, bercerita tentang pengalaman buruknya di sebuah apartemen di kawasan Casablanca. Dia bersama temannya berada di dalam sebuah lift yang jatuh beberapa lantai. Jelas mereka terluka, tapi pihak apartemen tidak bertanggung jawab!
Cerita itu mengingatkan saya pada sejumlah peristiwa yang melibatkan gedung-gedung modern di Jakarta, yang membuat penggunanya merasa tidak aman. Ingat kejadian di Pondok Indah Mal, ketika sejumlah orang tersangkut kakinya di tangga berjalan, karena menggunakan sandal karet? Ah mungkin itu belum seberapa. Di Gajah Mada Plasa pernah terjadi seorang bocah tergencek kepalanya ketika naik tangga berjalan. Namanya anak-anak tidak mau diam, kepalanya menjulur ke luar. Naas, jarak tangga dengan dinding terlalu dekat. Krek, kepalanya nyangkut di dinding. Saya lupa bagaimana nasib anak itu. Yang jelas setelah insiden tersebut, seluruh tangga berjalan di Gajah Mada Plasa sampai sekarang dibubuhi tulisan peringatan, ”Awas kepala!”.
Masih kurang menakutkan? Saya yakin Anda mengetahui dengan persis, sejumlah peristiwa jatuhnya mobil dari tempat parkir pusat belanja, perkantoran swasta dan pemerintah. Peristiwa-peristiwa itu merenggut korban jiwa. Lalu, berapa banyak kebakaran di gedung bertingkat yang gagal dipadamkan dengan segera akibat minimnya peralatan? Jika mengingat semuanya, merinding bulu kudukku.
Tapi entahlah, meski sudah berkali-kali terjadi, tampaknya kebanyakan dari kita mudah lupa. Betul kata pakar marketing Handy Irawan, bahwa salah satu karakter unik orang (konsumen) Indonesia adalah pendek ingatan. Begitu peristiwa yang satu berlalu, lupa. Hangat lagi saat peristiwa serupa terjadi, lalu lupa lagi. Begitu seterusnya, sehingga setiap peristiwa tidak berdampak permanen. Bahkan, banyak diantara kita yang nyeletuk, ”Ah mungkin sudah nasib!”
Beberapa tahun lalu saya bekerja di Gajah Mada Plasa. Gedung tua tapi tetap menampilkan diri sebagai pusat belanja modern. Tengok saja para penyewanya, mulai dari Rimo Departemen Store, pusat komputer Computrade sampai Inul Vista. Berbagai perusahaan non ritel pun berkantor di sana, termasuk perusahaan tempat saya bekerja radio bisnis PAS FM. Tapi apa yang kerap terjadi di gedung itu? Saya pikir, sama sekali tidak menunjukkan kemodernannya.
Listrik sering mati mendadak. Tak ada angin tak ada hujan, pet, listrik mogok menyala. Alamak, banyak orang terjebak di lift. Apalagi liftnya juga ajaib. Berkali-kali pekerja di sana gagal keluar dari lift, karena alat angkut modern pengganti tangga itu, sering ngadat. Teman saya pernah 12 kali turun naik dari lantai 1 sampai lantai 26 karena litfnya tidak mau berhenti dan membuka pintu. Bisa dibayangkan bagaimana stressnya mereka...
Dari berbagai kisah itu, satu kesimpulan yang bisa saya ambil. Bolehlah kita bangga memiliki gedung-gedung modern bahkan pencakar langit. Tapi jika mental kita belum beres dalam mengelola dan memeliharanya, saya pikir fasilitas modern itu lambat laun malah akan ’membunuh’ kita. Membunuh rasa aman, membunuh percaya diri... dan benar-benar membunuh!
Blog ini berisi pendapat pribadi tentang berbagai peristiwa di sekitar penulis, baik yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Semoga bermanfaat...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar