Blog ini berisi pendapat pribadi tentang berbagai peristiwa di sekitar penulis, baik yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain. Semoga bermanfaat...

Sabtu, 30 Agustus 2008

Pelajaran dari Pengamen Buta


“Awalnya saya mengeluh kepada Tuhan, kenapa saya buta?”

Ungkap seorang pengamen setelah menyanyi. Tidak biasanya pengamen berkata demikian. Kebanyakan pengamen akan bertutur tentang rencananya mengedarkan bungkus permen tempat uang. Tapi yang ini beda…

“Tapi setelah saya pikir, buat apa saya mengeluh dan menyesal?”

“Tuhan telah memberikan saya telinga untuk mendengar… memberikan mulut untuk berbicara dan memberikan tangan untuk bergerak serta kaki untuk melangkah ke manapun saya suka.”

“Saya masih bersyukur meski tidak bisa melihat…”

Meski awalnya tidak tertarik, apa boleh buat dakwah pengamen buta ini menarik juga. Apalagi dia juga melantunkan ayat Al Quran dengan fasihnya tentang bersyukur. “Wa in syakartum….” Yang artinya, Tuhan akan memberikan tambah nikmat kepada mereka yang bersyukur. Sebaliknya akan melaknat mereka yang mengingkari rezeki dari Nya.

Wah boleh juga nih pengamen buta. Suaranya juga nggak jelek, masih bisa dinikmatilah. Walaupun kalau dibandingkan dengan Aris Indonesia Idol itu mungkin agak jauh ya. Yang istimewa, dakwahnya itu. Tidak terasa menggurui. Malah terasa menyengat di kuping dan hati ini. Kebetulan saat itu, saya sedang melamun tentang berbagai pengandaian.

Andai aku begini, tentu bisa jadi begitu.

Andai aku punya ini, tentu akan bisa jadi seperti ini.

Begitu melihat dan mendengar pengamen buta itu, wah… rasanya tidak layak saya berandi-andai seperti itu. Seharusnya saya terus bersyukur dengan segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya.

“Saya saja yang buta masih bisa bersyukur…” sambung pengamen itu.

“Seharusnya Anda yang punya penglihatan normal, lebih bersyukur lagi…” dia mengakhiri epilognya sambil membuka kantung permen tempat uang recehan.

“Anda benar, terima kasih peringatannya wahai pengamen buta!” ucapku dalam hati.

Tidak ada komentar: